Langsung ke konten utama

Rumah Cokelat by Sitta Karina

The best moments in reading are when you come across something -- a thought, a feeling, a way of looking at things -- that you'd thought special, particular to you. And here it it is, set down by someone else, a person you've never met, maybe even someone long dead. And it's as if a hand has come out and taken yours. -- The History Boys


Buku bergenre MomLit ini bercerita tentang konflik yang terjadi dalam kehidupan seorang ibu muda-bekerja dengan seorang suami dan balita. Mulai dari "persaingan" dengan ART, ketidaksesuaian pola asuh anak dengan orang tua, menghadapi "teror" dari tetangga yang super mom, sampai soal keuangan keluarga dan godaan pihak ketiga. Komplit semua ada.

Sebagai ibu, saat membaca buku ini saya merasa "ih, ini gue banget". Terutama di bagian Hannah mengacuhkan Rasya yang sedang asik bercerita karena terlalu terpaku pada majalah yang sedang dibacanya. Atau saat Hannah marah karena Rasya tidak mau mandi.



Penggambaran tokoh Hannah yang berusaha untuk seideal mungkin dalam mendidik anak; jungkir balik menyeimbangkan waktu antara anak dan pekerjaan sampai akhirnya memutuskan untuk menjadi working at home mother; hobi mencari diskonan sebagai bentuk penghematan, itu juga saya banget. Banyak hal yang dialami Hannah, sejatinya memang terjadi pada kehidupan para ibu urban masa kini. Ini yang membuat Rumah Cokelat menarik untuk dibaca. Buku ini serupa diary
kita saya yang dituliskan oleh orang lain.

Selain cerita dan karakter Hannah, satu lagi hal yang saya suka adalah banyak kutipan menarik tentang hubungan ibu-anak dan bagaimana menghadapi suatu masalah yang bisa ditemukan dalam buku ini. Bahasa dan cara Sitta Karina bercerita juga mengalir dengan nyaman.

Sayangnya, konflik-konflik ini tidak dibahas secara mendalam. Semua nampak hanya terjadi di permukaan, beberapa konflik seakan dipaksakan untuk ada, karena pergulatan emosi Hannah kurang terasa. Alurnya pun terasa terlalu cepat.

Karakter Wigra (yang sebenarnya membuat saya jatuh hati) bagi saya terlalu sempurna. Sehingga Hannah terbaca begitu rapuh dan tergantung pada suaminya ketika menghadapi suatu masalah. Khas cerita dalam chicklit. Atau mungkin begitu seharusnya seorang istri kah?

Intinya sih meski menarik, buku ini kurang nendang buat saya. Namun, bagi yang lebih suka cerita ringan dengan buku yang tidak terlalu tebal, Rumah Cokelat cocok untuk bacaan penggugah hati di kala senggang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalan di Kebun Binatang dan Gua Maharani

Gua Maharani yang tepat berada di depan Wisata Bahari Lamongan (WBL) sekarang dilengkapi oleh kebun binatang mini. Dengan HTM sebesar Rp 15.000,00 di hari Senin-Kamis dan Rp 20.000,00 untuk hari Jumat-Minggu/hari besar kita bisa melihat berbagai macam koleksi binatang disini. Kalau merasa belum puas bisa beli tiket terusan MGZ-WBL sebesar Rp 45.000,00 weekdays atau Rp 60.000,00 weekend dan musim libur. Kebun binatangnya sendiri nggak terlalu besar, koleksinya juga masih sedikit. Antara lain aneka burung, Anoa, Onta, Jaguar, aneka binatang primata, Kuda Nil, harimau, kanguru, flaminggo. Tapi karena masih baru MGZ bersih dan terawat. Selain itu kita juga bisa melihat aneka macam panorama binatang sekalian ngadem di Galeri Satwa yang ber-AC.

Thea Stilton: The Secret of The Snow

Judul Buku: Thea Stilton: The Secret of The Snow Penulis: Thea Stilton Penerbit: Scholastic Jumlah Halaman: 308 hal. Harga: U$ 14.99 (B$ 19.90) Bahasa: Inggris Di libur musim dingin kali ini, Thea Sisters yang terdiri dari Collete, Nicky, Violet, Pamela dan Paulina mendapat kesempatan dari Institute of Incredible Stories (I.I.S) ((The I.I.S, the Institute of Incredible Stories adalah tempat penelitian berbagai macam misteri yang tidak terpecahkan. Markasnya tersembunyi di bawah gunung es Antartika)) untuk belajar bahasa yang digunakan oleh para makhluk ajaib di negeri fantasi. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan oleh murid-murid kesayangan Thea Stilton, koresponden istimewa koran nomer satu di Mouse Island, The Rodent's Gazette sekaligus dosen tamu di Mouseford Academy yang mengajar adventure journalism . Tapi sesampainya di I.I.S, alih-alih mencoba teknologi transfer informasi terbaru milik Seven Roses Unit (( The Seven Roses Unit adalah departemen paling